Saturday, December 01, 2007

Sale dan Saya

Sale = ikan salae? pisang sale?
bukan..

Ini tentang pemotongan harga barang yang ditujukan untuk menghabiskan stok atau barang-barang yang sudah lewat musim.

Sale dan saya?
Hmm..

Tinggal di negara ini, kebetulan lagi tinggal di tengah kota, akses ke pusat perbelanjaan terkemuka sangat dekat. Empat tahun lalu, ketika saya sebagai pengantin baru (ceile) datang ke negara ini, tiada teman sebaya, tiada kegiatan yang berarti; Mall to Mall visit menjadi kegiatan sehari-hari. Meski tidak berbelanja apa-apa (oya?), saya tetap mengukur jalan ke mal-mal itu.

Ternyata o ternyata, negara ini mengadakan kamapnye resmi pesta diskon selama dua kali setahun untuk mengundang turis datang dan megnalihkan perhatian turis untuk tidak hanya singgah ke negara tetangga (yang pulau itu lho, bukan negara saya) tetapi juga ke negara ini. Maka peluncuran pesta diskon alias sale ini diadakan dengan serius plus pesta kembang api yang spektakuler sebagai pembukanya. Wah, niat sekali pemerintah di sini ya. Departemen Parisiwata-nya mengajak pemilik toko untuk menggelar promosi atau banting harga setiap bulan Juni (M******* Mega Sale Carnival) dan Desember (Year End Sale).

Trus, apa cuma itu saja?
Oo tidak dong.. Itu baru yang dianjurkan pemerintah. Belum lagi tiap anchor department store, grup atau kelompok pemegang lisensi merk-merk impor sedang berulang tahun, maka mereka pun akan mengadakan pesta diskon besar-besaran. Sepanjang pengetahuan saya, saya sendiri tidak bisa ingat bulan apa yang benar-benar sepi dari diskon -dalam arti tak satu department stroe pun sedang mengumbar sale. Kalau I sadang anniversary sale, bulan depan J juga ulang tahun. Nantikan saja kapan P, M, T, dan kelompok P berulang tahun dan bagi-bagi sale.

Cukup?
Tidak dong.

Selalu ada cerita menarik sepuatar sale di sini. Mereka berlomba-lomba menarik warga untuk menjadi member yang dijanjikan akan mendapat hak ekslusif sebagai orang yang boleh masuk pada hari pertama sale. Tapi bagaimana si member (termasuk saya) mau merasa ekslusif, kalau ternyata yang jadi member buanyaaaaaaaak sekali. Sementara pilihan barang belum tentu bagus dan jumlahnya pastilah terbatas.
Ugh, kesel?
Tidak juga. Saya sih mungkin yang selalu hadir di setiap sale tersebut. Beli membeli sih urusan nomor sekian. Peristiwa sale ini malah menjadi ajang bertemu dengan teman-teman juga kok. Menikmati antri sambil menertawakan diri sendiri, kok kita mau-maunya antri menuju sale ini. Tapi ya tertawa puas juga dapat membeli tas tangan kulit merk ternama (yang harganya bisa jutaan rupiah) ternyata cuma 50ribu rupiah saja. Ah.. sale...

Itu baru yang di dalam mal lho teman-teman..
Ini nih yang lebih seru.. warehouse sale namanya. Sale jenis ini biasanya langsung dikelola oleh pabrik dan tempatnya pun bukan di dlam mal, melainkan di gudang tempat penyimpanan barang atau bisa juga di tempat umum, seperti lapangan tembak, lapangan futsal, dan lain-lain. Yang paling umum sih tempat wartehouse sale diadakan ya di pinggiran kota (alias di kawasan industri gitu lho).

Pertama kali tahu ada yang seperti ini..mmm.. kapan ya? Sebenarnya dari dulu udah cukup sering baca di koran lokal tentang ini. Saya tidak terlalu peduli, karena biasanya barang elektronik, keramik, barang-barang pengisi dapur. Bahkan pertama kali teman memberi tahu ada warehouse sale prianti makan merk c*****e, p****, v*****s; saya tidak peduli. Wah, belum dunia ibu rumah tangga lho saya --waktu itu. Trus warehouse sale panci merk la g*****t, saya masih cuek saja. Berikutnya, warehouse sale sepatu merk c****s. Mm, boleh juga nih. Walaupun bukan gaya saya sih.

Waduh, ternyata seni mengantri di warehouse sale lebih garang daripada yang di mal. Seperti kata pepatah banget deh, early birds catch the world. Orang-orang (kadang-kadang termasuk saya juga) rela datang 1-2 jam sebelum pintu dibuka. Weleh-erleh..

Kalau diingat-ingat, saya baru tertarik memperhatikan iklan-iklan warehouse sale ini setelah punya anak. Dan setelah punya teman yang lebih 'berpengalaman hidup" daripada saya. Menariknya warehouse sale disini, karena barang-barangnya benar-benar dari pabrik yang harus dihabiskan dan dijual dengan separo (seringnya malah lebih dari separo) harga.
Seperti misalnya pabrik mainan M****l. Rasanya mereka juga punya pabrik di negara saya. Tidak pernah terdengar mereka mengadakan 'cuci gudang'. Apa barang-barangnya tidak pernah bersisa, sehingga tidak ada stok yang mesti dihabiskan sebelum datang barang yang baru?
Wah, saya ndak berani jawab nih. Apalagi setelah saya cek, ada produk mainan tersebut yang tertulis buatan negara saya. Semenjak mengetahui ada warehouse sale mainan ini, saya jadi tidak berminat beli mainan di mal-mal lagi. Perbedaan harganya sangat signifikan gitu lho. Begitu juga dengan warehouse sale yang lain-lain, mulai dari buku sampai kosmetik, panci hingga pakaian dalam.

Tapi, pakai tapi lagi nih, saya juga suka merenung kelakuan saya dan sikap saya terhadap sale ini. Apakah saya disilaukan oleh pabrik-pabrik itu? Kalau baca buku atau berduskusi dengan penganut antikapitalis, wah saya mungkin sudah dihujat kali ya.

Iya, saya juga tahu bahwa segala yang berlebihan itu tidak baik.

Saya cukup tersentil ketika seorang teman berkomentar seperti ini:
"wets, kok pucat? Abis warehouse sale ga sempat bedakan ya? Buat apa sih dikeja ampe ke sono?"
atau
saya dan teman A: "hai..(cupika cupiki).. apa kabar? Sendirian? Mau ke I ya?"
Teman B: "Ke I? Hii.. takut.. gak bawa tasbih & zikir, ini cuma mau jemput suami"

Wooo.. sungguh speechless deh saya..

Balik rumah, naro barang, mandi, main sama anak. Anak disuapin makan, saya buka kompi. Buka imel, buka situs berita, buka situs favorit saya, dan buka situs yang mengumumkan sale di serantau tempat tinggal saya kini.
-moderator situs tersebut malah terkaget-kaget mendapati 21 jenis warehouse sale pada minggu ini saja-

No comments: